Rabu, 03 Desember 2014

Pilihan Hati

Ketika senja mulai menampakkan cahayanya. Hatiku dan hatimu masih bermain dimuara tak bertepi, diantara kecamuk di dada kita. Ditemani hembusan angin yang membuat semuanya terasa indah. Ditambah deruan ombak yang terdengar menyejukkan. Nyiur hijau mulai melambai. Tetapi hatimu dan hatiku masih saja bersama tanpa ada rasa cemas. Menikmati hangatnya pelukmu wahai lelakiku.

Aku memang hanya bertemu 1 kali dengan mu. Aku hanya mengenalmu melalui saudaramu. Mengenalkanku pada laki laki yang ntah bagaimana sifat dan wajahnya. Menjadikan rasa ragu ini semakin menyeruak. Saling mengenal hanya melalui pesan singkat. Bagaimana tidak, kotamu sejauh mata memandang dari rumahku. Menjadikan jarak ini sebagai pembatas nyata. Dan aku hanya dapat membayangkan sifat dan wajahmu sesungguhnya. Senyum manis yang kamu sunggingkan untukku dulu sangat berkesan di memori otakku. Walau lambat laun semuanya semakin terlihat samar. Menjadikaku rindu akan senyum manismu.

Akhirnya hubungan serius ini pun mulai terjalin. Aku tak tau dengan pondasi apa aku dapat membentuk perasaan ini. Yang aku tau hanyalah aku mencintamu. Mungkin pondasiku adalah rasa nyaman. Kamu laki laki yang pandai mencairkan suasana. Menjadikan pembicaraan kita lebih ringan.  Aku tak peduli jarak. Aku yakin, aku dapat memeluk jarak ini hanya untuk menggapaimu. Jarak yang tak akan bisa diubah. Menjadikan pembatas yang membuat nyeri di hati. Aku hanya berharap, aku dapat memegang tangan mu itu. Melihat senyum manismu lagi. Dan yang pasti adalah sifat mu yang sebenarnya. Bukan melalui pesan singkat.

Aku tak heran jika jarak ini berdampak pada kerenggangan hubungan kita. Rasa egois pasti muncul. Dibumbui dengan prasangka buruk yang menambah kadar peperangan dalam hubungan. Ya! Kerenggangan itu terjadi. Membuatku merasa sendiri. Dan jarak ini semakin terasa.

Hingga akhirnya aku bertemu dengan laki laki yang bisa membuatku nyaman. Dia berasal dari kota yang sama denganku. Membuatku melupakanmu sejenak, yang berada ratusan kilometer di sana. Aku percaya bahwa 'berawal dari nyaman hingga tak sadar bahwa kita hanya sebatas,kawan.' Yap! Aku sudah merasa nyaman dengan laki laki itu. Membuatku merasa bersalah karna telah menimbulkan rasa ini. Karena dia adalah saudara sepupu dari kekasihku yang jauh disana. Tapi aku bisa apa? Karena rasa ini terkadang muncul di tempat, waktu, dan orang yang tidak tepat.

Aku sadar bahwa perasaan ini salah. Tapi aku bisa apa? Cinta tak dapat aku cegah. Rasa ini timbul karena terbiasa. Ribuan kali aku mencoba menahan diri. Tetapi, hati ini terus mendobrak pertahananku. Akhirnya, akupun sadar bahwa aku juga sayang padamu. Sungguh, aku tak bermaksud melupakan kekasihku. Tetapi jarak ini terlalu menyakitkan. Dan sepupumu itu mencoba menjamah hatiku lebih dalam.

Saat aku mencoba melupakan sepupumu dan mendekatkan jarak pada mu. Dia selalu membuatku mengingat tentang semuanya. Kenangan bersamanya sungguh membuat batinku terkoyan. Sungguh! Dia benar benar memjamah hatiku. Menguasai seluruhnya dan berusaha membawanya walau ku tahan. Di ulu hatiku, masih tersimpan rapi namamu. Hubungan kita masih aku perjuangkan sampai detik ini. Aku akan mencoba menjaganya. Walau ntah kapan, sepupumu itu bisa saja menjamah seluruh isi hatiku sampai ke ulu ulunya.

Maaf kan aku. Sungguh, aku benar benar terlanjur sayang padamu dan padanya. 2 hati yang berbeda tetapi dapat menyatu dengan hatiku. Menjadikanku buta arah. Di kotaku ini aku selalu menan ti kedatanganmu. Mencoba menghalang seluruh jarak yang menjadi penghalang. Menjadikanmu prioritas ku. Tetapi sifatmu yang sensitif itu sesekali membuatku lupa padamu.

Kuharap semua kesalahanku ini tak terjadi pada mu disana. Di kota besar yang tak dapat ku pandang dari kota ku yang kecil ini. Disini ku menanti senyum yang kamu suguhkan padaku dulu. Semoga kamu lekas menemuiku di kota tempat kelahiranku ini.

Dari gadis yang menunggumu sekian lama dan terpisah olehmu karena jarak ini menjadi pembatasnya.