Sabtu, 30 Juli 2016

Seniman-ku

Aku duduk menatap. Tetepi pikiranku berkelana. Pergi ntah kemana. Keramaian ini tak mampu membuat pikiranku berhenti sejenak.  Semua terasa semu. Hanya teka teki yang tak dapat diterka.

Semuanya terasa hilang. Aku duduk di tengah keramaian. Tetapi aku merasa sendiri. Ini sepi. Sangat sepi hingga aku merasa gelap. Gemerlap sorot lampu tak dapat menyadarkanku.

Beberapa detik yang lalu, aku merasa sangat gusar. Semuanya menjadi begitu panik. Semua yang kulakukan tak terkendali. Jantungku terasa dipacu pada area balap lari. Otakku berpikir 2 kali lebih cepat.

Aku memang sudah pernah merasakan hal seperti ini sebelumnya. Rasa dingin menjalar dari ujung jari. Kakiku tak bisa diam sejenak di tempat. Semua organku terasa bekerja dalam waktu yang bersamaan. Tak bisa diam barang sedetik.

Dan semuanya telah berlalu….

Detik berikutnya organku sudah kembali normal. Tanganku tak terasa dingin. Kakiku sudah bisa berpijak pada satu pijakan tanpa bergerak. Otakku sudah tenang. Semua gerakanku sudah terkendali. Dan aku merasa sudah baik baik saja.

Lantas, aku menikmati pagelaran seni yang digelar. Aku tertawa. Aku terpesona. Semuanya terasa memikat dengan panggung berisi para seniman professional yang tak terkalahkan. Mereka dengan apik memberikan pertunjukan sederhana. Menyuguhkan suatu perbedaan pemikiran dari satu zaman ke zaman lain yang dapat disatukan. Dibumbui dengan cerita tikus berdasi yang tak tau diri.

Aku benar benar terpesona. Menatap tanpa berkedip untuk kesekian menit. Kali ini aku duduk di atas bumi pertiwi dan berpayungkan bintang bintang yang bertebaran.Detik berikutnya. Semua selesai. Mereka selesia. Waktunya memang lama. Tapi sangat terasa singkat bila aku menikmati semuanya.

Aku termenung. Lantunan akustik mengisi indra pendengaranku. Kali ini aku benar benar merasa sepi. Masih banyak orang di sekitarku. Tapi ntah mengapa semua terasa seperti bayangan semu yang tak penting. Aku sama sekali tak memandang sekelilingku.

Tapi…..

Mataku menangkap gulungan kertas yang di bawa seorang lelaki. Aku menatap. Tapi masih diam. Otakku masih harus menunggu untuk bekerja cepat.

Aku menatap lelaki itu. Lelaki tinggi, berkaca mata,  dengan rambut gondrong dibalut kemeja kotak kotak dan beralas sebuat sepatu sederhana. Mirip seperti seniman.Ia unik. Batinku. Aku yakin ia lelaki dengan umur yang terbentang jauh denganku. Tetapi karakternya saat pertama kali menatap sangat membuatku berkesan.Sederhana. Tapia amat berkesan.

Ku beranikan diri untuk menyapa. Bertanya tentang kertas yang ia pegang. Lantas menyerahkannya padaku. Dan ia memberiku senyum pertama yang tak terlupakan.

Lantas kamu bertukar pertanyaan ini dan itu. Menyuguhkan senyuman yang selalu menjadi favorite-ku. Bagaikan latte yang ditabur bubuk cokelat. Sangat pas dan tak berlebihan.

Sekarang aku percaya. Bahwa kesan pertama sangat berarti. Setiap tatapan dan gerakan gerakan kecil akan sangat memikat jika kesan pertama yang diciptakan begitu mendalam.

Tapi ingat. Jangan terlalu dalam. Atau kelak, akan ada yang jatuh terlebih dahulu dan terpuruk tanpa bisa bangkit.

Tapi taka apa. Ia akan tetap menjadi seniman-ku. Lelaki misterius dengan kesan pertama yang tak pernah kutemukan pada lelaki lain. Tetap seperti itu. Jangan berubah. Aku dan kamu akan baik baik saja.

Terkadang, sesuatu yang terlihat sederhana memang memiliki kesan yang luar biasa. Aku hanya melihat penampilannya. Karena hanya itulah yang ia tampilkan. Kupikir tak akan ada gunanya berusaha melihat dirinya. Karena ia hanya akan menampilkan apa yang orang lain perlu tahu. 

Tetap menjadi seniman berjuta kesan-ku. Jika kita bertemu lagi, kuharap ia bisa menyuguhkan kesan yang tak terlupakan lagi.

Dan detik itu, aku tak merasa sepi. Ia membawa berjuta kesan yang menarik seluruh indra ku. Mengajak indraku untuk berkompromi. Menariknya dengan kekuatan yang sangat istimewa. 

Kupikir ini akan baik baik saja. Tapi nyatanya? Tidak sama sekali. Aku bahkan sangat terkesan dan berjanji tak akan melupakannya.

"Terimakasih mas. Terimakasih telah memberikan kesan yang mendalam. Terimakasi telah menghangatkan malam-ku yang terasa sepi. Terimakasih sudah menjadi inspirasi dalam tulisanku kali ini."

Harapanku untuknya, semoga kita bisa bertemu lagi dan berbagi kesan yang mendalam.