Senin, 07 Agustus 2017

Sahabat? Atau cinta?

PKenapa harus jatuh cinta? Kenapa harus mencintai? Bukankah lebih indah ketika kita dicintai? Tak harus dicintai, cukup diperjuangkan saja sudah menggetarkan hati. Aku tak pernah merasakan indahnya dicintai oleh orang yang kucintai. Membayangkanpun tak pernah sanggup. Terlalu mengandai. Tak realistis. Tapi aku berharap. Mungkin tidah sekarang. Akan ada waktunya. Dengan pangeran berkuda putih seperti pada dongeng dongeng yang selalu berakhir indah bukan? Haha. Hidupku dipenuhi dongeng jadi jangan heran.

Banyak yang bercerit bahwa mencintai sahabat sendiri itu hal tersulit. Ketika lelaki dan perempuan dipertemukan dalam status persahabatan. Tinggal lihat saja siapa yang jatuh cinta terlebih dahulu. Terkadang keduanya saling mencintai. Tak sanggup untuk mengungkapkan. Sama sama takut kehilangan. Sama sama beranggapan bahwa semua akan berakhir ketika kata cinta terucap.

Rasa kehilangan akan menghujat hati. Yang awalnya selalu bersama akan ada bayangan memisahkan. Cerita indah yang diukir bertahun tahun bisa saja sirna dalam hitungan hari. Persahabatan yang awalnya selalu bersama hilang tinggal janji.

Lucu memang. Tapi siapa kira bisa mencintai sahabat sendiri? Andai hati bisa diatur kepada siapa dan kapan kita jatuh cinta. Sampai menusuk jantung. Dan sejatuh jatuhnya. Sehingga bisa menyandarkan seluruh hati pada seseorang yang sudah kita impikan. Nyatanya. Rasa cinta lebih kejam dari itu semua. Bisa saja kita jatuh cinta pada teman sebangku? Teman sekelas? Teman main? Sahabat mungkin? Hahahaha mengagumkan. Itu kekuatan cinta. Jangan kau lawan. Kalau pantas diperjuangkan ya perjuangkan.

Kala senja aku selalu ingat cerita “Sunset & Rosie”. Begitu nelangsanya tokoh Tegar yang mencintai sahabatnya, teman kecilnya dan segalanya selama 20 tahun. Selalu urung mengungkapkan. Hingga akhirnya tokoh Rosie harus pergi bersama cinta nya. Meninggalkan Tegar dengan perasaannya yang tak pernah hilang. Bahkan hingga 15 tahun lamanya. Dan yang paling menyakitkan. Rosie sempat memiliki perasaan yang sama.

Dari buku itu aku belajar sesuatu. Mencintai memang sudah kodratnya. Mengungkapkan itu kewajiban. Jangan berfikir akhirnya bagaimana. Masalah diterima atau ditolak itu urusan belakang. Jika kau memilih untuk diam dan memendam kupikir nasibmu akan sama dengan tokoh Tegar. Bergelantung dengan perasaannya sendiri. Menerka dalam kegelapan malam. Dan tak pernah tau isi hati orang yang dicintai. Berjuang ssndirian membangkitkan diri dari luka.

Ketika kau mengungkapkan perasann pada sahabatmu kau tak akan kehilangan sahabatmu. Percayalah. Dia tetap sahabatmu. Pundaknya selalu tersedia untukmu. Senyumnya tetap terukir untukmu. Sahabat tetap sahabat. Perjuangkan dia jika dia prioritasmu. Hanya jika dia pantas untuk diperjuangkan. Usahamu tak kan sia sia. Percayalah. Kali ini ingat kata kataku. Kali ini saja. Jangan patahkan hatimu sendiri hanya karena kau mencintai sahabatmu.

Ingat yang namanya jatuh cinta itu sakit. Kau tau definisi jatuh. Ya. Selalu sakit. Tapi akan ada pelajaran lain didalamnya. Terlalu menakutkan memang belajar soal jatuh cinta. Bisa saja kau yang jatuh sendirian. Kau yang berjuang sendirian. Dan kau yang harus bangkit sendirian.

Jangan mau berjuang sendirian. Itu melelahkan. Ajak dia untuk berjuang bersama sama. Ingat. Dia pioritasmu. Dia yang selalu ada ketika kau jatuh bukan? Persetan dengan status sahabat. Buat dia jatuh cinta sejatuh jatuhnya. Dia juga akan memprioritaskanmu. Tak mudah memang. Tapi ingat. Jangan jatuh cinta pada seseorang yangg mudah didapatkan. Dia tak pantas untuk diperjuangkan.

Seseorang pernah berkata padaku “Jadilah waanita yang sulit didapatkan. Dan kelak lelakimu akan sulit melupakan.” Kata kata ini selalu menjadi pedomanku.

Selamat berjuang mendapatkan hati sahabatmu sendiri.