Kamis, 19 Oktober 2017

S E N J A

Semburat warna jingga memenuhi angkasa. Menyapa hangat ditemani genangan air sisa hujan tadi. Hujan yang selalu ditunggu para pe-rindu. Begitu kata orang orang.

Langkah langkah kecil berlarian mulai kembali ke rumah. Disapa hangat keluarga dengan senyum penuh penantian. Lalu semua akan terasa utuh laksana ikatan lidi yang disusun rapi untuk saling melengkapi.

Aku heran. Saat senja menyapa mengapa banyak orang ingin cepat masuk ke rumah. Lantas menutup pintu dan tirai jendela. Ditambah lampu yang mulai menyala. Kurasa mereka tak akan bisa menikmati senja jika dengan cara itu.

Aku penikmat senja. Penganggum senja. Atau budak senja. Aku tak paham. Yang aku tau, senja selalu membuat bibirku tersimpul sempurna. Membentuk bulan sabit mungil akan keindahannya.

Saat bau hujan masih membekas serta beberapa genangan air yang memantulkan warna jingga menghiasi sudut jalan. Itu membuatku tenang dalam kesendirian. Kurasa senja dan hujan sahabat terbaikku.

Mengapa kau suka senja? Mengapa kau bilang kau jatuh cinta pada senja? Padahal setiap hari kau melihatnya. Mengapa kau suka hujan? Hujan membuat basah dan kotor. Tidak masuk akal.

Umpatan umpatan itu silih berganti keluar-masuk telingaku. Lantas aku hanya tersenyum simpul. Mungkin kali ini aku menjawab semua itu.

Mengapa aku suka senja?
Karena melalui senja angkasa menggambarkan keindahannya. Ada beberapa perasaan sepi yang menelisik dibalik megahnya senja. Kesendirian tergambar jelas saat angkasa terlihat kosong. Tapi warna jingga membuat semuanya berubah. Warna itu menjadi warna favorite ku setiap sore tiba.

Dan saat senja, banyak pengalaman berharga yang ku ingat. Pengalaman pengalaman yang harus kubanggakan pada senja. Karena senja selalu mengingatkanku.

Mengapa kau bilang kau jatuh cinta pada senja? Padahal setiap sore kau melihatnya.
Karena cinta tak butuh alasan. Kesederhanaan yang berhasil membuat simpul di bibir itu mengagumkan

Mengapa kau suka hujan?
Karena hujan membawa ketenangan. Dan bau khas dari hujan berhasil membuatku merasa nyaman. Aku merasa tak seorang diri (lagi).

Menikmati senja dalam untaian peristiwa bermakna itu mengagumkan. Cobalah menahan diri untuk menatap angkasa saat senja menyapa. Hal itu terasa mengagumkan.

Ada yang bilang jangan terlalu mencintai suatu hal berlebihan. Jika kau terlalu mencintai senja. Satu kali saja seseorang menciptakan kenangan pahit saat senja. Kau akan jadi pembenci senja.

Biar senja ini menjadi senjaku. Kau tak boleh merusaknya. Tolong jangan jadikan aku pembenci senja. Buat aku jatuh sejatuh jatuhnya pada senja. Dan aku akan sangat berterimakasih padamu.