Selasa, 18 Februari 2020

Kapas Pikiran


Ku tulis sajak tentang kegusaran. Buih buih pemikiran berdecak riuh dalam kegelapan. Ilusi tentang ketenangan menggantung dalam angan. Diri ini terasa angkuh dalam kerapuhan. Menuntut segala kebebasan untuk sebuah ketenangan. Menderu dalam duka lantas berhasrat untuk menyerukan kehilangan.

Aku. Bagai kerlip kunang yang linglung dengan ledakan warna petang. Menikmati musikalisasi kebencian dalam kesendirian. Beribu kali ku coba membungkus duka. Lalu ku coba  menatap dalam pejaman mata. Sendiri. Aku hilang tak terkendali.

Mungkin aku hanya penyair picisan dalam tulisan usang. Tak pantas terjamah oleh mata keangkuhan.Merasa bahwa Tuhan hanya menyiptakan fatamorgana kedamaian.  Berdalih bahwa semua dalam genggaman. Lantas ku sadari, yang ku genggam hanya bayangan.

Mencoba menarik segala kegusaran tetapi yang kudapat hanya goresan tajam. Bagai pikiran yang menyublim. Menyublim menjadi benda tajam yang menghujam. Mungkin besok, lusa, 1 bulan kedepan, 1 tahun kedepan atau entah kapan semua ini bisa ku anggap usai. Perasaan yang menyesakkan bagai nafsu birahi dengan halu berwarna warni.

Besok ku angkat topeng wajah favoit ku. Mungkin ini salah satu bentuk continue setiap duka. Menunggu sembuh tanpa kepastian. Menerima tanpa ketulusan. Lantas tersenyum dengan harapan....

Semoga esok sudut jiwaku membaik dalam kegaduhan.