Ku
tulis sajak tentang kegusaran. Buih buih pemikiran berdecak riuh dalam
kegelapan. Ilusi tentang ketenangan menggantung dalam angan. Diri ini terasa
angkuh dalam kerapuhan. Menuntut segala kebebasan untuk sebuah ketenangan.
Menderu dalam duka lantas berhasrat untuk menyerukan kehilangan.
Aku.
Bagai kerlip kunang yang linglung dengan ledakan warna petang. Menikmati
musikalisasi kebencian dalam kesendirian. Beribu kali ku coba membungkus duka.
Lalu ku coba menatap dalam pejaman mata.
Sendiri. Aku hilang tak terkendali.
Mungkin
aku hanya penyair picisan dalam tulisan usang. Tak pantas terjamah oleh mata keangkuhan.Merasa
bahwa Tuhan hanya menyiptakan fatamorgana kedamaian. Berdalih bahwa semua dalam genggaman. Lantas
ku sadari, yang ku genggam hanya bayangan.
Mencoba
menarik segala kegusaran tetapi yang kudapat hanya goresan tajam. Bagai pikiran
yang menyublim. Menyublim menjadi benda tajam yang menghujam. Mungkin besok,
lusa, 1 bulan kedepan, 1 tahun kedepan atau entah kapan semua ini bisa ku
anggap usai. Perasaan yang menyesakkan bagai nafsu birahi dengan halu berwarna
warni.
Besok
ku angkat topeng wajah favoit ku. Mungkin ini salah satu bentuk continue setiap
duka. Menunggu sembuh tanpa kepastian. Menerima tanpa ketulusan. Lantas
tersenyum dengan harapan....
Semoga
esok sudut jiwaku membaik dalam kegaduhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar