Bertemu dengan mu bagai keajaiban yang Tuhan berikan.
Mengenalmu bagai lentera kehangatan. Sempat bersama denganmu merupakan kilau
mutiara di dasar kegelapan. Bising diluar seakan mereda. Kerlip angkasa menabur
dalam ingatan. Kamu sempurna. Aku ucapkan itu atas syukur yang kupanjatkan pada
Tuhan.
Lalu aku sadar. Tuhan terlalu angkuh untuk menciptakan
makhluk yang sempurna. Karena hanya Ia yang bisa dianggap paling sempurna.
Kupikir Tuhan murka. Aku yang hanya setitik tinta ini terlalu bahagia diatas
bumi Nya. Seolah aku adalah ciptaan yang paling beruntung.
Tiba tiba Tuhan menyibak tirai dihadapanku atas kamu. Kamu
yang DULU aku anggap sebagai anugrah, berubah menjadi tumpukan sampah atas
segala ucapan. Kamu yang DULU aku anggap menggenggam permata, ternyata kau suguhkan
belati yang mengarah ke dada. Aku tersentak. Tak tau harus berucap apa selain “Tuhan
sayang aku”.
Aku melepaskanmu. Aku memaafkanmu. I love you, but you don't deserve me. And I’m
letting you go because you wantt to. The problem is not about how i love you to
much, but because i can’t be a home for you anymore.