Sabtu, 29 November 2014

Kekasih pertamaku

Perkenalan singkat saat kita masih kelas 7. Mendasari hubungan kita yang sangat menakjubkan ini. Bayangkan saja, perkenalah bocah ingusan yang baru menjajaki masa sekolah menengah. Yang belum tau menau tentang cinta dan kawan kawannya. Hanya didasari rasa percaya bahwa kamu adalah laki laki baik. Awalnya aku mengenalmu sebagai laki laki soleh, pandai, dan menurutku tak ada kata nakal dalam dirimu. Begitupula kata kawan kawanku.

Hingga akhirnya kita dekat. Satu kelas bersamamu mungkin sangat menyenangkan bagiku. Membuat ku  belajar mengenai kasih sayang.  Membuat hidupku lebih ceria dengan warna warni hidup yang beraneka macam warna. Kau adalah pelukis harianku. Kau memberi warna sesuka hatimu. Sedangkan aku? Hanya menerima dan menikmati kolaborasi warna yang kau ciptakan. Tuhan itu selalu adil. Aku bersyukur telah mengenalmu. Memberikan sedikit hatiku dengan warna warna yang kau buat. Semuanya cerah.

Hingga perjalanan cinta kita berlanjut ke muara tak bertepi. Saling mengeratkan pelukan dan menjaga satu sama lain. Saling bermain dengan tawa bebasnya. Aku merasa sempurna didekatmu. Kamu adalah malaikat yang dikirm Sang Kuasa untuk menjagaku dan hatiku sementara. Aku bersyukur telah mengenalmu. Kamu adalah orang yang mengajarkanku tentang arti kehidupan. Aku belajar semua hal karena dekat denganmu. Menikmati hidup dengan tawa selalu. Melalui lika liku pahit manisnya masa sekolah denganmu. Disini, aku bagaikan anak burung yang baru belajar terbang. Baru berkenalan dengan kehidupan. Semuanya indah ya.

Semua berjalan selama 7 bulan. 7 bulan tak terlupakan. 7 bulan yang indah. Karena kamu selalu menyertai dalam setiap langkahku. Mengiringku bagaikan alunan musik yang indah. Hingga hari itu terjadi. Desas desus bahwa kau dekat dengan perempuan lain. Antara percaya atau tidak. Disitu lah titik aku merasa bimbang. Menjalani hidup bagaikan seonggok kayu yang rapuh. Karena penyangga dalam kehidupanku sudah menjadi penyangga orang lain. Awalnya aku hanya percaya pada mu. Tetapi gosip itu semakin nyata. Dan akhirnya aku menyudahi semua hubungan kita yang DULU didasari oleh rasa saling percaya. Ternyata dugaanku benar. Baru saja aku menyudahi hubingan kita. Wanita barumu itu menanyakan hubungan kita juga. Dan tak lama setelah itu kamu dan wanita penggoda itu menjalin hubungan lebih dari temam.

Hatiku yang dulu berwarna cerah seakan dilanda badai dan berubah warna menjadi gelap tak beraturan. Mengharuskanku menguatkan diriku sendiri. Itu semua begitu sulit ku jalani sendiri. Bayangkan saja, aku yang sudah terbiasa dengan hangatnya pelukanmu tiba tiba kau lepas begitu saja. Dinginnya hati membuatku benar benar mati rasa. Aku bukan bunglon yang mudah beradaptasi. Kamu membiarkanku kedinginan dan kamu sendiri sedang berpeluk mesra dengan wanita penggoda itu. Hatiku belum sepenuhnya meninggalkanmu. Tetapi rasa marah dan benci ini sudah sepenuhnya menutupi hatiku.

Kamu laki laki menjijikan yang sudah menorehkan luka dalam dihatiku. Aku menyesal telah mengenalmu. Dan sekarang, aku harus mencoba bangkit kembali tanpa penyangga. Dan menutup kembali torehan luka yang kamu ciptakan. Apa ini tujuanmu datang. Sungguh tujuan tak bermoral yang salah kuartikan. Laki laki menjijikan memang pantas bersanding dengan wanita penggoda.

Melupakanmi benar benar membutuhkan waktu. 1 tahun pun belum cukup. Ditambah lagi kita sekarang satu kelas. Bagaimana aku bisa benar benar melupakanmu kalau begini? Melihat mu saja luka ini kembali menganga. Mengharuskanku berusaha lagi dari nol. Dan dengan bodohnya kamu kembali mencoba mengetuk pintu hatiku. Tindakan konyol yang tak pantas kamu lakukan. Sadarkah dirimu akan hal itu? Dimana letak otakmu? Atau sudah kamu berikan seluruhnya pada wanita penggoda itu? Haha. Benar benar bodoh. Sdikitpun aku tak akan membukakan pintu hatiku untuk laki lali brengsek sepertimu.

Terimakasih atas lukanya, pengalamannya, kenangannya, dan semua arti kehidupan yang kamu ajarkan selama ini. Semoga kamu tau apa yang harus kamu ubah. Dari salah satu korbanmu yang masih berusaha melupaknmu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar