Sabtu, 30 Desember 2017

Semesta Wajib Tau.

Aku berjalan meniti sepi. Dalam gemerlap keramaian yang menjenuhkan. Kupikir aku tak bisa bersahabat dengan hiruk pikuk tak tau diri ini. Lambat laun semua disekitarku terasa dingin. Amat mencekam hingga terkadang memilukan. Aku terlihat menyedihkan. Begitu kata semesta. Lantas aku hanya dapat membalasnya dengan senyum getir.

Sepi ini tak mencekam. Tapi semesta begitu egois. Seolah semua dapat dinilai semudah itu. Aku mulai membenci semesta.

Hingga akhirnya aku bertemu seseorang. Dia juga benci keramaian. Kami bisa menghabiskan waktu berjam jam hanya untuk bercengkrama. Lantas bersama menertawakan semesta. Kami sahabat baik. Dan sekarang, aku biasa memanggilnya Priaku.

Aku selalu suka menghabiskan malamku untuk bercengkrama tentang ribuan hal yang tak pernah terpikir sebelumnya. Tentang mimpi. Harapan. Hal bodoh. Dan ketika kita sama sama memberikan umpatan satu sama lain. Kurasa sekarang sepiku tak benar benar milikku. Aku harus membaginya.

Dia selalu berusaha memahamiku. Belajar mengerti gadis yang sulit diatur satu ini. Terkadang dia benar benar seperti ayahku yang selalu mengomel tentang banyak hal. Terkadang dia terlihat seperti kakak laki laki yang menjaga adiknya. Dan terkadang dia benar benar seperti adik kecil yang membutuhkan kasih sayang dan perhatian.

Dia bukan pria romantis seperti drama yang biasa ku tonton. Dia bukan pria paling tampan layaknya aktor korea. Dia hanya priaku.

Izinkan gadis ini meminta maaf atas semua ego yang muncul tanpa tau diri. Lantas memaksamu untuk memahaminya. Gadis ini selalu memilih diam. Karena ia terlalu takut. Takut ego yang tumbuh ini membuatmu tak nyaman. Kita sama sama berada di zona seperti ini bukan. Kau beranggapan bahwa kebahagianku yang utama. Dan aku juga sebaliknya. Lantas kita sama sama diam.

Tetapi omelanmu selalu jadi hal yang ku suka. Sungguh. Aku tak terganggu. Kau selalu jadi priaku. Tak bisa diganggu gugat.

Hanya saja jika egoku memuncak ijinkan aku diam lantas mendinginkan hati dan pikiranku dulu. Agar semua berjalan baik baik saja.

Terimakasih telah berusaha memahami gadis tak tau diuntung ini. Kuharap kesabaranmu masih panjang. Dan mari ciptakan cerita tentang kita. Agar semesta cemburu. Aku ingin balas dendam.

Ingat tulisan ini. Penulis ini mengisahkan tentang prianya. Seolah penulis ini makhluk paling beruntung di atas semesta.

Kamis, 23 November 2017

Cinta yang Paling Sakit

Kali ini genggamannya lebih hangat. Menyatu merasuk ke jiwa. Seakan ada kehangatan lain yang menyelimuti. Hanya berawal dari genggaman tangan saja rasanya seluruh tubuhku sudah dia peluk.

Aku tak bisa menyembunyikan rasaku. Aku tak bisa menyembunyikan senyumku. Hatiku berdebar setiap mata itu menatapku. Bola matanya yang hitam pekat menusuk sampai jantung.

Semua seakan baik baik saja. Duniaku yang kelabu perlahan mulai berwarna. Dunia ku yang samar seakan jelas kembali. Aku merasa berada di atas awan.

Caranya menghentikan air mataku begitu sempurna. Caranya memunculkan senyum dan tawaku terasa istimewa. Bahunya yang lebar seakan disediakan untuk kepalaku bersandar. Semuanya seakan ia siapkan untukku.

Sampai akhirnya aku sadar. Bahwa jalan kita tak pernah dalam satu arah. Bahwa langkah kita yang beriringan akan berpisah di persimpangan. Kamu berhasil menuntunku di depan persimpangan. Hingga kita berhenti bersama.

Kali ini aku merasakan cinta yang paling sakit. Ketika aku merasa bisa mengambil hatimu tetapi sainganku sangat berat. Kau tau apa? Kiblat. Kita tak pernah berada dalam satu arah kiblat.

Kita bukan Istiqlal dan Katerdal. Yang bisa berdiri beriringan dengan harmonisasi toleransi yang tinggi. Jika mereka punya nyawa coba tanyakan. Siapa yang lebih dulu jatuh cinta?

Bisa tolong tanyakan Tuhanmu? Apakah hambanya ini boleh mencintai ciptaannya.

Tau kah kau? Terkadang Tuhan menguji umatnya dengan cinta beda agama. Hanya untuk mlihat Apakah umatnya lebih mencintai-Nya atau ciptaan-Nya?

Jujur aku selalu tau ketika aku turun dari masjid untuk melaksanakan ibadah subuh. Saat itu pula kau keluar rumah. Menunju gereja dengan salib yang ada di dada.

Kalau di pikir pikir hubungan jarak jauh yang berat bukan saat kita beda kota atau negara. Tetapi cukup saat kita beda tempat ibadah.

Aku tak bisa bersaing dengan Tuhanmu. Itu terlalu berat. Kakiku mulai melangkan menuju persimpangan yang tak akan kau pilih.

Rabu, 22 November 2017

Untuk-mu

Tepat saat rintik pertama jatuh mengenai kepalanya, gadis itu meneteskan air mata (lagi). Kali ini tangisnya hanya mengalir. Semuanya meluap bersamaan dengan bau patrikor. Dia menatap angkasa. Berpikir bahwa angkasa begitu kejam. Selalu membawa angin untuk menghantarkan ingatan tentang seseorang yang ia sayang. Dan anehnya, bumi menerima semua itu dalam ekosistem kehidupan. Mengalirkan segala cerita dalam celah rasa sakit. Seolah berkata kau akan baik baik saja.

Terkadang ketika gadis itu berdiam diri, alam bicara padanya. Seperti berkata jangan lupakan masa lalu, tapi bersahabatlah dengan masa lalu. Hatimu akan baik baik saja. Cara alam menyampaikan semua itu terlihat sederhana. Seperti bumi yang selalu menerima hujan. Dan hujan yang terus jatuh walaupun sudah tau bahwa jatuh tak akan pernah baik baik saja.

Tapi lihatlah....

Hujan yang jatuh membuat. Tanaman seolah menari bersama irama rintiknya. Hingga akhirnya gadis itu mengangkat kepalanya. Ia mempercepat langkah kaki menembus hujan. Menikmati setiap jengkal air yang menghiasi tubuhnya.

Langkahnya mengarah pada seseorang yang amat berharga bagi hidupnya. Gadis itu berhenti di hadapan sahabatnya. Ia memeluk seolah bersyukur selalu ada orang yang membuatnya bangakit. Membuatnya bersemangat dalam hal hal kecil. Mungkin tanpa orang tersebuh gadis itu akan limbun. Hatinya terlalu rapuh.

Sahabatnya hanya berkata "Maaf." Gadis itu mendongak menatap mata orang dihadapannya. "Maaf untuk apa?"

"Maaf untuk tak bisa berbuat apapun saat kau patah hati. Maaf hanya menjadi pendengar." Ucapnya

"Kau serius berkata seperti itu? Bahkan aku bersyukur pada Tuhan telah mengirim orang sepertimu. Setidaknya kau tak pernah membuatku menangis. Selain menangis karena takut kehilanganmu." Jawab gadis itu serta menyeka ujung matanya.

"Kau akan baik baik saja. Aku janji. Walau aku tak pernah membantumu tetapi aku selalu ada di belakangmu. Jika kau jatuh aku akan membangkitkanmu."

Mereka diam sejenak. Hanya menyisakkan suara hujan yang mengiringi.

"Jangan berada di belakangku. Setidaknya berdirilah di sampingku. Jangan biarkan aku jatuh. Aku sangat berterimakasih." Gadis itu tersenyum lembut.

Sedangkan sahabatnya hanya menjawab "Posisiku harus selalu fleksibel. Dimanapun kau butuh. Aku bersamamu."

Mereka tersenyum. Tiba tiba gadis itu berucap lagi "Aku lelah. Aku selesai. Aku sudah bersenang senang kemarin. Kini saatnya istirahat. Aku bersyukur bisa mengenalnya. Cukup sampai disini saja. Aku akan baik baik saja."

Sahabtnya diam sejenak lalu menjawab "Bukan tugasku mengatur hidupmu. Aku mendukung semua pilihanmu. Kamu akan baik baik saja. Aku janji."

Sabtu, 18 November 2017

Aku Baik Baik Saja

Kali ini mungkin hanya sebatas percakapan singkat. Antara gadis yang terlampau mencintai lelakinya dan sahabatnya yang berpikir bahwa gadis itu bodoh karena terlalu mencintai.

Anggap saja gadis itu bernama Lyra dan sahabatnya yang menganggapnya bodoh bernama Dyra.

Dyra : Bagaimana keadaan hatimu? 

Lyra : Masih sama.

Dyra : Sama? Hancur yang kau maksud?

Lyra : Apa apaan kau ini. Seenaknya saja menganggap hatiku hancur.

Dyra : Lantas? 

Lyra : Ya sama seperti kemarin. 

Dyra : Tetap mencintainya? Kenapa? Dia menganggapmu sama dengan gadis gadis yang lain.

Lyra : Apakah mencintai seseorang itu butuh alasan? Kurasa aku mencintainya ya karena aku cinta.

Dyra : Are u kidding me? That's not funny.

Lyra : Dia yang mengajarkan ku banyak hal. Berjuta perasaan penuh tanda tanya muncul saat kita bersama. Dia yang membuatku bisa berdiri sekokoh ini. Lantas butuh berjuta alasan apa lagi?

Dyra : Dan dia juga melakukannya pada gadis lain. 

Lyra : Salahkah aku terlampau membuka hati dan mempersilahkannya masuk? Dia sudah menetap. Tak bisa aku usir. Dan tak akan aku usir.

Dyra : Gadis bodoh yang sulit membuka hati akhirnya mau membuka hatinya. Dan lelaki yang sudah kau buka kan hati seenaknya sendiri merasa itu rumahnya. Aku tak pernah menyalahkanmu membuka hati. Demi Tuhan itu sesuatu yang wajar.

Lyra : Kau tau. Aku tak akan pernah menyesal membuka hatiku. Dan sekarang bukan salah dia yang seenaknya. Tapi aku yang terlampau membuatnya nyaman hingga lupa bahwa hatiku punya rasa sakit. Lantas aku harus selalu terlihat baik baik saja dihadapannya. Dan akhirnya aku memutuskan untuk mematahkan sendiri hatiku. 

Dyra : Berhenti menyalahkan dirimu sendiri.

Lyra : Bukan menyalahkan. Hanya bersikap realistis.

Dyra : Maaf.

Lyra : Unuk?

Dyra : Tak bisa berbuat apa apa. Setidaknya aku akan selalu ada untuk menggenggammu di saat kau benar benar jatuh.

Lyra : Hahahaha terimakasih unuk selalu ada. Ingat. Dia tak pernah salah. Tapi tolong ingatkan aku jika aku melewati batas. 

Dyra : Pasti.


Jangan menyalahkan orang lain yang membuatmu jatuh cinta. Ketika kau sudah membuka hati dan mempersilahkannya masuk coba lihat apa yang terjadi. Jika kau patah berarti saatnya kau memakai TOPENG. Lantas belajar untuk selalu berkata "Aku baik baik saja" Karena dibalik kata itu ada berjuta makna yang tersimpan. 

Minggu, 12 November 2017

Bukan Cinta.

Ku tuliskan ini di jantung malam
Kala denting jam mulai menandakan 2 digit angka
Kala seluruh indraku terpacu bayangan tentangmu
Semua berhasil kau sita

Hatiku menamainya kekeliruan
Orang orang menyebutnya jatuh cinta
Kupikir bukan cinta
Hanya rasa tak mau kehilangan yang membesar
Membuatku berada di titik tak tau diri

Tau kah kau
Aku takut
Aku trauma
Atas tulisan Tuhan yang bernama.....
Kehilangan.

Se-egois ini aku jadinya
Selalu menuntut tanpa tau diri
Tapi...
Aku akan pergi
Jauh.

Sampai kekeliruan ini lurus kembali
Sampai sebutah jatuh cinta dari orang orang hilang
Lenyap ditelan waktu

Ku harap Hermes dapat menuntunku
Menjelajahi waktu
Afrodit dapat menghapus kekeliruan
Serta Zeus yang berada di pihakku

Lantas hanya aku saja yang mengingat
Tentang kau
Tentang aku
Tentang rindu
Dan tak akan ada tentang kita
Semua akan baik baik saja
Aku janji.

Kamis, 19 Oktober 2017

S E N J A

Semburat warna jingga memenuhi angkasa. Menyapa hangat ditemani genangan air sisa hujan tadi. Hujan yang selalu ditunggu para pe-rindu. Begitu kata orang orang.

Langkah langkah kecil berlarian mulai kembali ke rumah. Disapa hangat keluarga dengan senyum penuh penantian. Lalu semua akan terasa utuh laksana ikatan lidi yang disusun rapi untuk saling melengkapi.

Aku heran. Saat senja menyapa mengapa banyak orang ingin cepat masuk ke rumah. Lantas menutup pintu dan tirai jendela. Ditambah lampu yang mulai menyala. Kurasa mereka tak akan bisa menikmati senja jika dengan cara itu.

Aku penikmat senja. Penganggum senja. Atau budak senja. Aku tak paham. Yang aku tau, senja selalu membuat bibirku tersimpul sempurna. Membentuk bulan sabit mungil akan keindahannya.

Saat bau hujan masih membekas serta beberapa genangan air yang memantulkan warna jingga menghiasi sudut jalan. Itu membuatku tenang dalam kesendirian. Kurasa senja dan hujan sahabat terbaikku.

Mengapa kau suka senja? Mengapa kau bilang kau jatuh cinta pada senja? Padahal setiap hari kau melihatnya. Mengapa kau suka hujan? Hujan membuat basah dan kotor. Tidak masuk akal.

Umpatan umpatan itu silih berganti keluar-masuk telingaku. Lantas aku hanya tersenyum simpul. Mungkin kali ini aku menjawab semua itu.

Mengapa aku suka senja?
Karena melalui senja angkasa menggambarkan keindahannya. Ada beberapa perasaan sepi yang menelisik dibalik megahnya senja. Kesendirian tergambar jelas saat angkasa terlihat kosong. Tapi warna jingga membuat semuanya berubah. Warna itu menjadi warna favorite ku setiap sore tiba.

Dan saat senja, banyak pengalaman berharga yang ku ingat. Pengalaman pengalaman yang harus kubanggakan pada senja. Karena senja selalu mengingatkanku.

Mengapa kau bilang kau jatuh cinta pada senja? Padahal setiap sore kau melihatnya.
Karena cinta tak butuh alasan. Kesederhanaan yang berhasil membuat simpul di bibir itu mengagumkan

Mengapa kau suka hujan?
Karena hujan membawa ketenangan. Dan bau khas dari hujan berhasil membuatku merasa nyaman. Aku merasa tak seorang diri (lagi).

Menikmati senja dalam untaian peristiwa bermakna itu mengagumkan. Cobalah menahan diri untuk menatap angkasa saat senja menyapa. Hal itu terasa mengagumkan.

Ada yang bilang jangan terlalu mencintai suatu hal berlebihan. Jika kau terlalu mencintai senja. Satu kali saja seseorang menciptakan kenangan pahit saat senja. Kau akan jadi pembenci senja.

Biar senja ini menjadi senjaku. Kau tak boleh merusaknya. Tolong jangan jadikan aku pembenci senja. Buat aku jatuh sejatuh jatuhnya pada senja. Dan aku akan sangat berterimakasih padamu.

Senin, 07 Agustus 2017

Sahabat? Atau cinta?

PKenapa harus jatuh cinta? Kenapa harus mencintai? Bukankah lebih indah ketika kita dicintai? Tak harus dicintai, cukup diperjuangkan saja sudah menggetarkan hati. Aku tak pernah merasakan indahnya dicintai oleh orang yang kucintai. Membayangkanpun tak pernah sanggup. Terlalu mengandai. Tak realistis. Tapi aku berharap. Mungkin tidah sekarang. Akan ada waktunya. Dengan pangeran berkuda putih seperti pada dongeng dongeng yang selalu berakhir indah bukan? Haha. Hidupku dipenuhi dongeng jadi jangan heran.

Banyak yang bercerit bahwa mencintai sahabat sendiri itu hal tersulit. Ketika lelaki dan perempuan dipertemukan dalam status persahabatan. Tinggal lihat saja siapa yang jatuh cinta terlebih dahulu. Terkadang keduanya saling mencintai. Tak sanggup untuk mengungkapkan. Sama sama takut kehilangan. Sama sama beranggapan bahwa semua akan berakhir ketika kata cinta terucap.

Rasa kehilangan akan menghujat hati. Yang awalnya selalu bersama akan ada bayangan memisahkan. Cerita indah yang diukir bertahun tahun bisa saja sirna dalam hitungan hari. Persahabatan yang awalnya selalu bersama hilang tinggal janji.

Lucu memang. Tapi siapa kira bisa mencintai sahabat sendiri? Andai hati bisa diatur kepada siapa dan kapan kita jatuh cinta. Sampai menusuk jantung. Dan sejatuh jatuhnya. Sehingga bisa menyandarkan seluruh hati pada seseorang yang sudah kita impikan. Nyatanya. Rasa cinta lebih kejam dari itu semua. Bisa saja kita jatuh cinta pada teman sebangku? Teman sekelas? Teman main? Sahabat mungkin? Hahahaha mengagumkan. Itu kekuatan cinta. Jangan kau lawan. Kalau pantas diperjuangkan ya perjuangkan.

Kala senja aku selalu ingat cerita “Sunset & Rosie”. Begitu nelangsanya tokoh Tegar yang mencintai sahabatnya, teman kecilnya dan segalanya selama 20 tahun. Selalu urung mengungkapkan. Hingga akhirnya tokoh Rosie harus pergi bersama cinta nya. Meninggalkan Tegar dengan perasaannya yang tak pernah hilang. Bahkan hingga 15 tahun lamanya. Dan yang paling menyakitkan. Rosie sempat memiliki perasaan yang sama.

Dari buku itu aku belajar sesuatu. Mencintai memang sudah kodratnya. Mengungkapkan itu kewajiban. Jangan berfikir akhirnya bagaimana. Masalah diterima atau ditolak itu urusan belakang. Jika kau memilih untuk diam dan memendam kupikir nasibmu akan sama dengan tokoh Tegar. Bergelantung dengan perasaannya sendiri. Menerka dalam kegelapan malam. Dan tak pernah tau isi hati orang yang dicintai. Berjuang ssndirian membangkitkan diri dari luka.

Ketika kau mengungkapkan perasann pada sahabatmu kau tak akan kehilangan sahabatmu. Percayalah. Dia tetap sahabatmu. Pundaknya selalu tersedia untukmu. Senyumnya tetap terukir untukmu. Sahabat tetap sahabat. Perjuangkan dia jika dia prioritasmu. Hanya jika dia pantas untuk diperjuangkan. Usahamu tak kan sia sia. Percayalah. Kali ini ingat kata kataku. Kali ini saja. Jangan patahkan hatimu sendiri hanya karena kau mencintai sahabatmu.

Ingat yang namanya jatuh cinta itu sakit. Kau tau definisi jatuh. Ya. Selalu sakit. Tapi akan ada pelajaran lain didalamnya. Terlalu menakutkan memang belajar soal jatuh cinta. Bisa saja kau yang jatuh sendirian. Kau yang berjuang sendirian. Dan kau yang harus bangkit sendirian.

Jangan mau berjuang sendirian. Itu melelahkan. Ajak dia untuk berjuang bersama sama. Ingat. Dia pioritasmu. Dia yang selalu ada ketika kau jatuh bukan? Persetan dengan status sahabat. Buat dia jatuh cinta sejatuh jatuhnya. Dia juga akan memprioritaskanmu. Tak mudah memang. Tapi ingat. Jangan jatuh cinta pada seseorang yangg mudah didapatkan. Dia tak pantas untuk diperjuangkan.

Seseorang pernah berkata padaku “Jadilah waanita yang sulit didapatkan. Dan kelak lelakimu akan sulit melupakan.” Kata kata ini selalu menjadi pedomanku.

Selamat berjuang mendapatkan hati sahabatmu sendiri.

Selasa, 20 Juni 2017

Cinta???

Aku tak paham arti cinta yang sesungguhnya. Bisa jelaskan padaku definisi cinta? Apakah cinta itu saat dua hati saling bersandar? Apakan cinta itu perasaan saling jujur yang pernah ada? Apakah cinta hanya bualan bualan manis? Apakah cinta itu rasa percaya? Atau apakah cinta itu saat dua insan saling tersenyum tulus dengan mata bersinar saat bertemu? Ah ntah. Memikirkannya pun aku tak pernah paham.

Dari berbagai buku yang kubaca. Cinta itu indah. Cinta itu kebahagiaan. Cinta itu anugrah Tuhan yang tak perlu disia siakan. Mencintai atau dicintai. Tinggal pilih.

Ketika memutuskan untuk dicintai rasanya terlihat menyenangkan. Tapi menurutku ketika seseorang mencintai ku akan ada beban yang harus ku pangku. Aku tak bisa jatuh cinta hanya karena dia mencintaiku. Dan dia yang mencintaiku akan merasakan akhir yang tak bahagia.

Tapi ketika aku memilih mencintai aku tau lambat laun aku yang merasa sakit. Aku mencintai seseorang dengan perasaan bahagia. Menyandarkan separuh hatiku karena tak sepenuhnya yakin. Tapi aku tetap bersandar. Bodoh bukan? Tapi kebahagiaan datang ketika aku dapat mencintai seseorang. Dan ketika dia mengabaikanku, saatnya aku untuk berhenti mencintai. Itulah senangnya mencintai. Kita yang memulai kita pula yang tau kapan harus mengakhiri.

Terkadang aku bertanya. Apa ini definisi cinta? Bukan rasa kagum? Bukan rasa persahabatan? Apa melalui cinta salah satu harus tersakiti?

Aku merasa senang di dekatnya. Senyumku tak pernah luntur barang 1 menitpun. Dia lelaki baik. Sangat baik. Aku benci fase ini. Sungguh aku sangat membenci masa masa seperti ini.

Aku benci saat dimana aku tak pernah marah walau dia melakukan kesalahan besar. Aku benci kemarahanku surut karena menatap matanya. Aku benci saat aku hafal harum badannya. Aku benci ketika aku percaya semua ucapannya. Aku benci ketika harus menahan rasa penasaran untuk menanyakan keadaannya. Aku benci tetap menanti walau tak tau apakah dia akan datang. Aku benci saat dia menggenggam tanganku. Aku benci ketika aku harus menunggunya memberiku kabar. Aku benci ketika aku tak bisa berhenti khawatir. Aku benci ketika dia membuatku tertawa. Aku benci ketia dia selalu membuat kenangan indah denganku tapi dihatinya tak pernah ada namaku.

Ini yang namanya cinta? Inikah rasa jatuh cinta? Begitu tolol dan tak tau diri. Sungguh memalukan. Kenapa harus aku yang merasakan. Aku tau akan berakhir seperti apa. Aku tau. Bisakah kita bertukar tempat. Bisakah kau biarkan aku bahagia?

Aku ingin merasakan dikhawatirkan. Aku ingin merasakan membuat kenangan manis hanya untuk main main. Aku ingin membual tentang janji janji. Aku ingin menatap matamu. Hanya menatap tanpa perasaan. Aku ingin menggenggam tanganmu. Hanya menggenggam. Sama seperti perlakuanmu padaku. Sungguh. Bisakah kita bertukat tempat barang sekali saja. Aku ingin lihat bisakah kau bertahan dengan perasaan itu. Berapa lama kau bisa bertahan? Aku sungguh penasaran.

Dulu kupikir dicintai adalah hal paling membahagiakan. Ketika aku merasakan dikhawatirkan. Ketika aku merasakan dirindukan. Ketika bukan aku yang terlalu berharap. Ketika bukan aku yang berusaha. Ketika aku hanya perlu duduk manis manata hati dan belajar mencintai juga. Tapi nyatanya? Belajar mencintai sungguh bukan hal mudah. Andai aku bisa menentukan kapan dan pada siapa aku jatuh cinta. Kupikir itu lebih mudah.

Ketika aku tak mencintai seseorang seperti dia mencintaiku yang kulakukan adalah lari. Begitu jauh hingga dia tak bisa menggapaiku. Kubuat sayatan demi sayatan dihatinya. Kupikir lebih baik membuat sayatan di awal dari pada berpura pura menerima dengan baik dan berakhir dengan sayatan luka yang lebih dalam. Setidaknya jika aku membuat sayatan di awal akan ada masa dimana sayatan itu pulih. Lantas dia bisa perlahan mencari penambat luka yang baru tanpa terpuruk begitu lama. Sayatan di akhir hanya akan menyakitinya lebih lama. Benar bukan?

Aku tak ingin menyakiti seseorang hanya karena dia mencintaiku. Kupikir cinta itu hal sakral dan suci. Tak bolah dipermainkan. Menyakiti bukan jalan terbaik. Mungkin menghindar juga bukan. Tapi jika ada dua pilihan. Antara menyakiti dan menghindar aku pilih menghindar. Dengan menghindar dia bisa berpikir bahwa aku tak menerimanya. Dia bisa mencari yang lain tanpa melalui proses sakit hati. Kecewa mungkit tapi tidak begitu sakit.

Ketika orang belajar tentang cinta bisa diibaratkan dengan kawanan anak burung yang mulai ditinggal induknya. Belajar bertahan walau tak mudah. Mencari jalannya masing masing. Lebih sering terjatuh dari pada terbang tinggi. Pilihannya hanya memangsa atau dimangsa. Menyakiti atau disakiti. Sama seperti cinta bukan.

Bisa beri tau aku apa arti cinta yang sebenarnya. Apakah rela tersakiti termasuk rasa cinta? Apakah rasa ingin melindungi juga cinta? Apakah rindu juga cinta? Lantas cinta yang dianggap sakral itu seperti apa?

Aku ingin berhenti mencemaskanmu. Aku ingin berhenti mempedulikanmu. Aku ingin berhenti menunggu kabarmu. Aku ingin berhenti menyesap kopi sembari bertanya kau sedang apa. Aku ingin berhenti tersenyum saat menatap matamu. Aku ingin melupakan harum badanmu. Aku ingin berhenti percaya semua ucapanmu. Aku ingin berhenti merasa aman ketika kau menggenggamku dan menatap mataku.

Apa ini definisi cinta yang sebenarnya? Terlalu naif dan kekanak kanakkan.

Sabtu, 17 Juni 2017

Mimpi dan Harapan

Kali ini balik lagi soal masalah remaja remaja saat ini. Gak melulu soal cinta atau kata kata manis gak tau diri yang bikin hati tambah mellow. Sometime, i think a lot of problem about my self, my friends, and a lot of people. Khususnya remaja aja lah ya.

Mimpi. Kalian semua pasti punya mimpi kan? Gak melulu hidup kalian monoton tanpa ada rasa untuk menggapai suatu hal? Mungkin ada beberapa ABG yg masih mikir "Udah lah jalanin aja dulu. Ngalir aja coy." Atau "Hidup gue masih panjang woy. Semua udah ada yang ngatur." Atau "Masih SMP kali ah. Masa depan masi jauh" dan berbagai pemikiran indah yang dangkal lainnya.

Of course. Gue setuju kok beberapa pendapat itu. For exemple "Semua udah ada yang ngatur." Nah ini bener banget nih. 100% bener. Berarti orang orang berpemikiran gini percaya sama kuasa Tuhan. Gue acungin jempol.

Hebat aja gitu. Mereka gak egois dan percaya Tuhan. Semoga masuk surga deh ya. Hahaha.

Tapi nih ya tapi....

Takdir itu ada yang bisa diubah sesuai usaha kita dan doa kita. Percaya gak percaya harus percaya nih. Bener kalok takdir ada yang ga bisa diubah. Seperti kematian. Setuju kan?

Tapi proses menuju kematian itu bisa diubah. Sorry, this is just my opinion. Bagi yang gak setuju. It's okay. Kita sama sama belajar.

Misal nih ya. Misal. Lo bakal mati hari Rabu di penjara. Misal aja lo kena kasus nih. Amit amit tapi ya. Lo bakal tetep mati tuh hari Rabu. Tapi bisa aja lo gak mati di penjara. Bisa aja yang tadinya lo dipenjara karena nyolong, terus hari saat lo mau nyolong lo inget Tuhan dan gak jadi nyolong. See? Lo tetep mati tapi di tempat yang lebih elit kan? Intinya satu. Inget Tuhan aja.

Kan jadi mati kan bahasnya. Mianhae. Sorry. Maaf.

Nah tadi perumpaan tentang takdir yang bisa diubah. Masa depan juga gitu. Tuhan pasti mertimbangin kok. Gimana jalan hidup kalian kalok kalian baik. Dan juga kalok kalian buruk.

Oke back to mimpi.

Dulu nih dulu banget waktu masih SMP. Oke bongkar aib 1 lagi. Gue gak pernah sekalipun punya mimpi. Gue pernah ada di masa "Oke. Semua udah ada yang ngatur. Ngalir aja lah ya". Gue gak pernah mimpi juara 1 lah. Gue gak pernah mimpi dapet beasiswa lah. Gue gak pernah mimpi yang tinggi tinggi. Karena sadar aja kalok impian gak terkabul pasti nyesel. Yes that is pemikiran yang cetek. Super duper cetek. Harapan gue dari dulu cuma Tuhan kasih yang terbaik buat gue. Udah itu aja.

Dan endingnya? Masa SMP gue bener bener flat. Gaada gejolak sedikitpun. Ya gue bukan murid yang bodo bodo banget sih ya. Tapi hikmahnya. I have a lot of friends. Mau itu satu sekolah. Mau beda sekolah. Mau cewek. Cowok. Mau yang nakal. Mau yang baik sampe pendiem. Gue ajak temenan. Karena emang tujuan gue DULU "I must have a lot of friends" Ya setiap hal apa yang kita ambil pasti ada hikmahnya si.

Sampe akhirnya masuk kelas IX D. Demi apa ini kelas ter-rame ter-gataudiri ter-banyak masalah ter ter ter lah pokoknya. Disitu gue balik lagi satu kelas sama sahabat SD gue. Namanya Elsa Malinda (Elsa). Dan gue deket sama satu orang yang namanya Anisa Kartikasari (Sasa). Gtw gimana dari Anisa jadi Sasa. But. It's okay.

Disitu kita kantin bareng. Berangkat bareng. Pulang bareng. Cerita apapun. Udah kayak keluarga lah pokoknya. Bisa dibilang mereka orang paling ngerti jalan iduh gue. Kita masih sahabatan sampe sekarang kelas XI otw kls XII nih.

Bareng mereka gue jadi terpacu. Jujur dulu gak penah mikir "Oke. Gue harus lebih dibanding mereka" NO. GAK PERNAH SEKALIPUN. Dipikiran gue cuma "Kita harus sukses bareng" udah itu aja. Apapun yang terjadi sukses itu suatu kewajiban. Gak idup kalok nggak sukses. Success is not your destination. But success is you’re jurney. (Kata Pak Bagyo ini)

Dulu. Kalok ditanya "Tam mau lanjut SMA mana?" Cuma bisa diem terus endingnya bilang "Belum tau nih". Sampe akhirnya detik detik menjelang try out try out sialan itu, gue mutusin. "Oke. Gue mau mondok. Di jogja." Bilang lah ke orang tua. Ke kakek. Ke nenek. Ke keluarga besar. Ke sahabat. Mereka semua tau.

Akhirnya UN dan semua kertas sialan itu berlalu. Hadirlah hari bebas bagi kelas IX. Gue cuma fokus "Oke Pondok Jogja" Kenapa mondok? Banyak yg tanya. Dan di pikiran gue cuma ada jawaban "Nanti kalok gue mati terus amal gue kurang gue mau masuk surga gimana." Itu pertama. Dan yang kedua "Nanti kalok gue punya anak terus anak gue tanya tentang agama dan gue gabisa jawab gimana." Sumpah itu yang kedua TOLOL. Gtw gimana bisa mikir sejauh itu.

Dan kenapa Jogja? Karena pertama kali gue kesana. Gue jatuh cinta. Jogja bener bener kayak narik gue buat tetep tinggal gitu lo. Ah gatau jelasinnya gimana. Pokoknya gue jatuh cinta sama jogja. Kalok suruh pilih Bali atau Jogja. 100% Jogja. Gabisa diganggu gugat.

Pengumuman kelulusan kurang beberapa hari nih. Udah mantep ati. Udah minta doa in sana sini. Dan suatu malem ibu bilang "Nduk. Kok kayanya pondoknya kurang bagus ya? Gimana kalok nanti hasilnya keluar ibu aja yang pilihin sekolah. Batang aja yang deket." Kaget. Gtw mau ngomong apa. Cuma bisa nangis semaleman. Nah ini nih. Ini bukti. Bahwa apapun yang udah kita rencanakan. Udah kita doain. Bisa aja berubah dalam 1 hari karena kuasa Tuhan.

Nah dari hari itu muncullah pikiran "Kalok nem nya dikit gimana?" "Kalok gabisa masuk Smantang gimana?" "Semua anaknya bude pakde lulusan Smantang semua" *Gak berarti sekolah lain jelek lo ya. NO!* Terus gue mikir "Mungkin emang ini jalan yang Tuhan atur buat gue. Siapa tau kalok mondok gue sakit sakitan. Siapa tau gue malah gabetah terus kabur?" Gue coba terima ajalah ya.

Hari H dateng nih. Pengumuman kelulusannya sore gitu. Terus waktu bapak mau berangkat bilang dong. Intinya gue mau ikut buat liat hasilnya. Dan tau apa jawaban bapak? "NANTI KALOK HASILNYA JELEK MALU. DISANA NANGIS. UDAH TUNGGU RUMAH AJA." Itu kagetnya bukan main. Demi apa itu rasanya ketika orang tua lo sendiri ragu sama anaknya.

Akhirnya nunggu nih dikamar. Karena lama pakek banget. Gue ketiduran. Ini pules banget sih. Bangun bangun udah malem gitu. Ketika buka mata di otak langsung mikir NEM GUE WOY. Larilah keruang tengah. Udah duduk nih ibu bapak. Terus gue tanya dong ya. "Gimana bu pak nilainya?" Dan yang tercetus cuma "Kemaren waktu UN bisa gak sih? Kalok gini mau lanjut sekolah mana" Dipikiran gue cuma "Mati lo mati. Nem gue terendah nih. Gila parah. Gue harus daftar mana. Nanti keluarga bilang apa? Temen temen ibu yang notabennya guru terus tanya hasil gue ibu harus jawab apa." Semua pikiram setan itu dateng. Gue cuma bisa nunduk sambil nangis doang. Diomongin panjang kali lebar kali tinggi dan ketika gue buka tuh selembar kertas. Nilai gue gak jelek jelek amat broooo. Serius. Gabisa dibilang bagus sih. Tapi semua pikiran setan itu langsung ilang.

Udah seneng nih. Intinya bersyukur lah ya. Udah tanya tanya temen nem mereka berapa. Udah yakin bisa bisa lanjut ke sekolah yang diimpikan. Udah free beban di otak.

Tiba tiba.......

Malem harinya, ibu buka pintu kamar. Bawa laptop dan bilang "Udah sekaran pilih universitas sama jurusan buat kuliah." Gue cuma melotot tanpa berkedip saking kagetnya. Cuma diem dalam waktu cukup lama. Gila kalik ah masuk SMA aja belum. Gitu gue mikirnya. Malem itu gue gajawab sama sekali.

Sampe suatu malam kejadian itu keulang lagi. Gue disodorin laptop terus suruh browsing. Sampe malem banget gue gabisa jawab. Efek gapunya mimpi gini nih. Terus ibu bilang "Yaudah kalok gabisa milih malem ini. Mending jadi guru kayak ibu." Gatau kenapa gue nangis saking ogahnya. Tau aja gitu capeknya ibu gimana kalok kerjaan numpuk. Gue gamau demi apapun. Dan malam itu terpilihlah satu jurusan Psikologi. Dipikiran gue cuma "Asik nih bisa baca gerak orang. Bantuin orang yang susah." Udah gitu. Ibu cuma bilang "Mau jadi apa kamu? Yaudah jalanin dulu."

Sampe akhirnya kenaikan kelas dari kelas X ke kelas XI. Dan ternyata gue gamasuk peminatan SOSIOLOGI. Sedangkan Psikologi amat sangat butuh sekali pelajaran itu. For your information sekolah gue ipa ada 7 kelas. Setiap kelas ada peminatan tentang pelajaran ips. Kelas gue kedapetan EKONOMI sama SOSIOLOGI. Intinya kls XI SOSIOLOGI ilang dikelas gue. Gue gapaham istilah istilah ekonomi. Demi apa ini jujur. Sampe sekarang.

Udah hampir putus asa tuh. Gatau pengen masuk jurusan apa. Ngomong lah sama ibu tentang sosio itu. Ibu cuma nyodorin laptop sambil bilang "Pilih yang lain." Nangis woy gue nangis lagi.

Sampe akhirnya gue udah nentuin 1 jurusan yang pengen banget gue ambil. Beserta universitasnya. Demi apa rasanya seneng banget. Kayak idup gue udah mulai ada tujuannya nih. Gabisa bilang sih ya pengen masuk mana dengan jurusan apa. Karena prinsip gue "Biarkan mimpi hanya kita yang tau atau mungkin tambah beberapa orang kepercayaan kita. Biar kalau kita jatuh ada yang nguatin dan gak gitu malu sama orang orang yang cuma tau cassing kita."

Gue bukan dari keluarga kaya. Tapi gue bahagia. Sekarang gue udah punya mimpi yang harus gue dapetin. Setiap ibadah gue, doa gue udah ada tujuannya. Gak cuma oke GOD i believe with u. Thats nothing. Gak guna. Jangan cuma diem! Gapai mimpi kalian! Gapai takdir kalian!! 

Gak cuma doa dan ibadah yang harus kalian kencengin. Tanpa usaha, kalian cuma butiran debu. Impian kalian bisa aja kok banyak yang pengen juga. Jadi bersainglah sekuat kalian. Kalian bisa! Pasti! Kepercayaan juga salah satu kunci.

Mungkin ketika gue nulis ini gue masih anak SMA yang otw kelas XII. Bocah ingusan yang sok pengen kasih motivasi. But let see. Beberapa tahun kedepan gue yang cuma modal tulisan gini bisa jadi apa. Dan pembaca ini juga jadi apa.

Tujuan gue nulis pengalaman ini cuma satu. Jangan pernah hidup mengalir gitu aja. Ayo lawan. Ayo gapai mimpi kalian. Semua memang udah diatur. Tapi pasti cara cara menuju kesuksesan bisa berubah. Jangan jadi kayak gue yang nunggu di sodorin laptop sama ibu baru bisa nentuin.

Kalok impian kalian belum di caci maki, belum dibully, belum diremehkan orang lain. Berarti mimpi kalian kurang tinggi. Kurang besar. Besarin aja. Tinggiin aja. Toh Tuhan lebih maha besar. Mau seberapa besar mimpi kalian. Tuhan yang ngatur. Jadi jangan khawatir. (WIRDA MANSYUR)

Inget! Kesuksesan itu bersifat wajib. Kalok kalian jatuh harus bangkit. Jangan cuma berdoa biar ada yang bangkit-in. Tata mimpi kalian dari sekarang. Percaya atau nggak Tuhan punya jalan buat mimpi kalian. Dan, kalok kalian gagal dapetin mimpi itu Tuhan punya rencana lain yang lebih baik kedepannya.

Jangan minta ke Tuhan untuk kalian jadi apa nantinya. Minta aja ke Tuhan buat kasih yang terbaik menurut Dia. Sebaik baiknya mimpi menurut kita. Belum tentu baik menurut Tuhan.

Kalok kita jatuh jangan cuma nangis. Mungkin itu salah satu bentuk penyesalan tapi itu buang buang waktu. Kalian butuh waktu untuk terus bangkit. Jangan cuma diem gak guna. Pikirin deh apa yang mau kalian buktiin ke semua orang. Pikirin kaliam gak mau diremehkan. Pikirin semua caci maki hinaan orang lain. Itu salah satu dorongan buat hidup kalian. Jangan sepet sama omongan orang. Bukannya tujuan ada nya orang lain emang buat nilai kita ya. Anggep semua itu motivasi.

Semoga memotivasi kalian wahai para remaja dan ABG. Let see? Jadi apa kita nantinya.

Selasa, 24 Januari 2017

Ini Tentang Sahabat

Dia yang meninggalkan jejaknya pada kisah kehidupanku. Dia yang menatap sendu dibalik untaian senyum yang menghiasi. Dia yang menyediakan telinga untuk mendengarkan lantunan kata yang kuucap. Dia yang membuat simpul manis dibibirku. Dan dia yang selalu ada ketika aku merasa hampa.

Hatiku sungguh bagai rumah tak berpenghuni. Aku merasa bahwa dulu aku tak sehampa ini. Dulu, banyak gema tawa yang menghiasi. Langkah kaki yang saling mengejar dan air mataa yang tumpah ruah. Satu persatu mulai menemukan jati diri mereka. Mereka hanya meninggalkan jejak jejak manis yang selalu kuingat. Aku melihat mereka pergi. Tetapi tanganku tak sanggup menggapainya. Tanganku terlalu berat untuk mengayun. Dan pada saat yang sama ada desir suara berkata INI SAATNYA MEREKA PERGI.

Lenyap. Hilang sudah semuanya. Aku sendiri. Di sekelilingku banyak yang mencoba masuk dan berusaha membuat simpul sederhana di bibirku. Namun bibirku terlalu kaku. Tak dapat kutarik. Jika ku paksa maka hatiku akan sobek tak karuan. Aku mencari tempat bersinggah. Aku lelah berjalan menyusuri jejak jejak samar yang mereka tinggalkan. Aku ingin istirahat. Hanya itu.

Lalu dia datang. Lelaki sederhana yang ntah bagaimana berhasil menyusup dan menempati hatiku. Terkadang aku menyuruhnya keluar. Tetapi nyatanya? Dia berhasil duduk di singgasana dalam hatiku. Benar benar masuk dan seakan terkunci disana. Dia bukan kekasihku. Aku tak pernah mengharapkan itu. Tapi dia lebih dari seorang kekasih.

Dia seorang yang mengajakku melangkah dengan mantap. Dia yang mengajarkanku untuk tidak menundukan kepala. Dia yang menyadarkanku dalam semua keegoisanku. Dia. Dialah yang berhasil menarik simpul di bibirku. Tanpa kupaksa. Simpul itu benar benar terukir. Tullus.

Aku kembali pada diriku yang dulu. Tak sedikitpun merasa hampa. Aku dapat berbicara apapun padanya. Dia lelaki pengertian yang berusaha menurunkan egonya untuk berbicara denganku. Dia yang kembali menggemakan hatiku dengan suara tawa serta langkah kaki. 

Aku bercerita apapun tentang diriku. Tetapi, dia benar benar lelaku dengan sejuta rahasia. Aku berusaha bertanya. Aku berusaha mencari jati dirinya. Tetapi hasilnya sama. Hanya sepersekian persen yang kudapat. Aku tak tau banyak tentangnya. Pernah suatu saat aku merasa tak adil. Dia banyak mengetahui tentangku. Tidak. Kupikir terlalu banyak. Tapi tak sedikitpun aku tau tentangnya. Kupikir itu curang.

Aku benci rahasia. Aku menginginkan semua jawaban dari segala pertanyaan dalam benakku. Aku terus mencari dan mencari. Orang seperti apa lelaki ini? Dia benar benar membuatku merasa penasaran.

Sampai akhirnya aku berhenti mencari. Aku diam. Aku tak peduli tentang dirinya. Aku lebih memilih untuk tak mencari lagi. Rasa bosan dan lelah menyergapku. Tetapi aku sudah tak peduli. Karena dalam benakku aku berpikir bahwa hal itu tak penting. Dengan kehadirannya aku sudah bahagia. Tinggal waktu yang mengungkap segalanya.

Kami berteman. Mungkin lebih dari itu. Sahabat. Oh mungkin Mega Best Friend or Verry verry best friend? I dunno. Itu tak penting. Aku bahagia. Cukup buat aku bahagia dan bantu aku menjawab pertanyaan pertanyaan dalam hidupku. Dan kau selalu berada dalam singgasana hatiku.

Misteri tentangmu biar jadi tentangmu. Aku tak akan mencari tau lagi. Kau cukup datang dan jadilah orang menyebalkan. Hal itu selalu membuat simpul di bibirku. Jadilah dirimu sendiri. Tetapi jika kau bosan kau boleh pergi. Sama dengan orang orang yang dulu ku banggakan. Silahkan pergi. Karena kau datang bukan kutarik. Tapi kau datang seolah mengetuh diriku. Jadi pergilah tanpa memikirkanku. Tetapi jika kau memang ingin pergi kuharap kau meninggalkan pesan padaku. Jangan hanya meninggalkan sebuah jejak yang samar.

Aku lelah menyusuri jejak. Kuharap kau bisa berkata SELAMAT TINGGAL jika memang ingin pergi. Jadilah seorang lelaki baik untuk hati yang kausinggahi kelak. Jangan mengecewakan. Kau akan baik baik saja dengan hati yang baru.

Tetapi aku tak pernah mengharapkan kepergianmu. Benar benar tak pernah ada harapan untuk kau meninggalkanku. Kuharap semuanya akan sama walau waktu akan terus bergulir 1, 2 atau 10 tahun mendatang. Kau boleh cerita tentang rahasiamu padaku jika kau mau. Atau biarkan kau simpan saja semuanya. Aku tau suatu saat ada hati yang pantas kau beri tahu.

Jadilah dirimu sendiri saat bersamaku. Jika kau ingin menjadi orang lain silahkan. Tapi maaf aku akan menegurmu. Jangan gunakan topeng di hadapanku. Jika kau marah atau sedih jangan pura pura baik baik saja. Percayalah. Aku tau bagaimana perasaanmu. Aku memang diam. Aku tak membutuhkan penjelasanmu. Itu hakmu. Aku sudah berhenti mencari jati dirimu. Jadi tolong jadilah dirimu sendiri. Silahkan bersedih. Silahkan marah. Tapi jangan acuh.

Kau lihat betapa egoisnya aku? Aku egois. Ya memang. Tapi ada satu hal yang kau harus tau. Aku tak ingin kehilangan seseorang sepertimu. Ketika kau acuh aku rindu. Benar benar rindu akan tawa canda yang menggema. Tak perlu cerita apapun. Ingat, aku tak membutuhkan ceritamu.

Terimakasih karena telah mengisi kehampaan ini. Dan maaf atas segala keegoisaan dan segala kesalahan yang kubuat. Kamu benar benar penghangat dalam kegelapanku. Sepercik cahaya mungil yang menerangi setiap langkahku. Maaf dan terimakasih.