Kamis, 23 November 2017

Cinta yang Paling Sakit

Kali ini genggamannya lebih hangat. Menyatu merasuk ke jiwa. Seakan ada kehangatan lain yang menyelimuti. Hanya berawal dari genggaman tangan saja rasanya seluruh tubuhku sudah dia peluk.

Aku tak bisa menyembunyikan rasaku. Aku tak bisa menyembunyikan senyumku. Hatiku berdebar setiap mata itu menatapku. Bola matanya yang hitam pekat menusuk sampai jantung.

Semua seakan baik baik saja. Duniaku yang kelabu perlahan mulai berwarna. Dunia ku yang samar seakan jelas kembali. Aku merasa berada di atas awan.

Caranya menghentikan air mataku begitu sempurna. Caranya memunculkan senyum dan tawaku terasa istimewa. Bahunya yang lebar seakan disediakan untuk kepalaku bersandar. Semuanya seakan ia siapkan untukku.

Sampai akhirnya aku sadar. Bahwa jalan kita tak pernah dalam satu arah. Bahwa langkah kita yang beriringan akan berpisah di persimpangan. Kamu berhasil menuntunku di depan persimpangan. Hingga kita berhenti bersama.

Kali ini aku merasakan cinta yang paling sakit. Ketika aku merasa bisa mengambil hatimu tetapi sainganku sangat berat. Kau tau apa? Kiblat. Kita tak pernah berada dalam satu arah kiblat.

Kita bukan Istiqlal dan Katerdal. Yang bisa berdiri beriringan dengan harmonisasi toleransi yang tinggi. Jika mereka punya nyawa coba tanyakan. Siapa yang lebih dulu jatuh cinta?

Bisa tolong tanyakan Tuhanmu? Apakah hambanya ini boleh mencintai ciptaannya.

Tau kah kau? Terkadang Tuhan menguji umatnya dengan cinta beda agama. Hanya untuk mlihat Apakah umatnya lebih mencintai-Nya atau ciptaan-Nya?

Jujur aku selalu tau ketika aku turun dari masjid untuk melaksanakan ibadah subuh. Saat itu pula kau keluar rumah. Menunju gereja dengan salib yang ada di dada.

Kalau di pikir pikir hubungan jarak jauh yang berat bukan saat kita beda kota atau negara. Tetapi cukup saat kita beda tempat ibadah.

Aku tak bisa bersaing dengan Tuhanmu. Itu terlalu berat. Kakiku mulai melangkan menuju persimpangan yang tak akan kau pilih.

Rabu, 22 November 2017

Untuk-mu

Tepat saat rintik pertama jatuh mengenai kepalanya, gadis itu meneteskan air mata (lagi). Kali ini tangisnya hanya mengalir. Semuanya meluap bersamaan dengan bau patrikor. Dia menatap angkasa. Berpikir bahwa angkasa begitu kejam. Selalu membawa angin untuk menghantarkan ingatan tentang seseorang yang ia sayang. Dan anehnya, bumi menerima semua itu dalam ekosistem kehidupan. Mengalirkan segala cerita dalam celah rasa sakit. Seolah berkata kau akan baik baik saja.

Terkadang ketika gadis itu berdiam diri, alam bicara padanya. Seperti berkata jangan lupakan masa lalu, tapi bersahabatlah dengan masa lalu. Hatimu akan baik baik saja. Cara alam menyampaikan semua itu terlihat sederhana. Seperti bumi yang selalu menerima hujan. Dan hujan yang terus jatuh walaupun sudah tau bahwa jatuh tak akan pernah baik baik saja.

Tapi lihatlah....

Hujan yang jatuh membuat. Tanaman seolah menari bersama irama rintiknya. Hingga akhirnya gadis itu mengangkat kepalanya. Ia mempercepat langkah kaki menembus hujan. Menikmati setiap jengkal air yang menghiasi tubuhnya.

Langkahnya mengarah pada seseorang yang amat berharga bagi hidupnya. Gadis itu berhenti di hadapan sahabatnya. Ia memeluk seolah bersyukur selalu ada orang yang membuatnya bangakit. Membuatnya bersemangat dalam hal hal kecil. Mungkin tanpa orang tersebuh gadis itu akan limbun. Hatinya terlalu rapuh.

Sahabatnya hanya berkata "Maaf." Gadis itu mendongak menatap mata orang dihadapannya. "Maaf untuk apa?"

"Maaf untuk tak bisa berbuat apapun saat kau patah hati. Maaf hanya menjadi pendengar." Ucapnya

"Kau serius berkata seperti itu? Bahkan aku bersyukur pada Tuhan telah mengirim orang sepertimu. Setidaknya kau tak pernah membuatku menangis. Selain menangis karena takut kehilanganmu." Jawab gadis itu serta menyeka ujung matanya.

"Kau akan baik baik saja. Aku janji. Walau aku tak pernah membantumu tetapi aku selalu ada di belakangmu. Jika kau jatuh aku akan membangkitkanmu."

Mereka diam sejenak. Hanya menyisakkan suara hujan yang mengiringi.

"Jangan berada di belakangku. Setidaknya berdirilah di sampingku. Jangan biarkan aku jatuh. Aku sangat berterimakasih." Gadis itu tersenyum lembut.

Sedangkan sahabatnya hanya menjawab "Posisiku harus selalu fleksibel. Dimanapun kau butuh. Aku bersamamu."

Mereka tersenyum. Tiba tiba gadis itu berucap lagi "Aku lelah. Aku selesai. Aku sudah bersenang senang kemarin. Kini saatnya istirahat. Aku bersyukur bisa mengenalnya. Cukup sampai disini saja. Aku akan baik baik saja."

Sahabtnya diam sejenak lalu menjawab "Bukan tugasku mengatur hidupmu. Aku mendukung semua pilihanmu. Kamu akan baik baik saja. Aku janji."

Sabtu, 18 November 2017

Aku Baik Baik Saja

Kali ini mungkin hanya sebatas percakapan singkat. Antara gadis yang terlampau mencintai lelakinya dan sahabatnya yang berpikir bahwa gadis itu bodoh karena terlalu mencintai.

Anggap saja gadis itu bernama Lyra dan sahabatnya yang menganggapnya bodoh bernama Dyra.

Dyra : Bagaimana keadaan hatimu? 

Lyra : Masih sama.

Dyra : Sama? Hancur yang kau maksud?

Lyra : Apa apaan kau ini. Seenaknya saja menganggap hatiku hancur.

Dyra : Lantas? 

Lyra : Ya sama seperti kemarin. 

Dyra : Tetap mencintainya? Kenapa? Dia menganggapmu sama dengan gadis gadis yang lain.

Lyra : Apakah mencintai seseorang itu butuh alasan? Kurasa aku mencintainya ya karena aku cinta.

Dyra : Are u kidding me? That's not funny.

Lyra : Dia yang mengajarkan ku banyak hal. Berjuta perasaan penuh tanda tanya muncul saat kita bersama. Dia yang membuatku bisa berdiri sekokoh ini. Lantas butuh berjuta alasan apa lagi?

Dyra : Dan dia juga melakukannya pada gadis lain. 

Lyra : Salahkah aku terlampau membuka hati dan mempersilahkannya masuk? Dia sudah menetap. Tak bisa aku usir. Dan tak akan aku usir.

Dyra : Gadis bodoh yang sulit membuka hati akhirnya mau membuka hatinya. Dan lelaki yang sudah kau buka kan hati seenaknya sendiri merasa itu rumahnya. Aku tak pernah menyalahkanmu membuka hati. Demi Tuhan itu sesuatu yang wajar.

Lyra : Kau tau. Aku tak akan pernah menyesal membuka hatiku. Dan sekarang bukan salah dia yang seenaknya. Tapi aku yang terlampau membuatnya nyaman hingga lupa bahwa hatiku punya rasa sakit. Lantas aku harus selalu terlihat baik baik saja dihadapannya. Dan akhirnya aku memutuskan untuk mematahkan sendiri hatiku. 

Dyra : Berhenti menyalahkan dirimu sendiri.

Lyra : Bukan menyalahkan. Hanya bersikap realistis.

Dyra : Maaf.

Lyra : Unuk?

Dyra : Tak bisa berbuat apa apa. Setidaknya aku akan selalu ada untuk menggenggammu di saat kau benar benar jatuh.

Lyra : Hahahaha terimakasih unuk selalu ada. Ingat. Dia tak pernah salah. Tapi tolong ingatkan aku jika aku melewati batas. 

Dyra : Pasti.


Jangan menyalahkan orang lain yang membuatmu jatuh cinta. Ketika kau sudah membuka hati dan mempersilahkannya masuk coba lihat apa yang terjadi. Jika kau patah berarti saatnya kau memakai TOPENG. Lantas belajar untuk selalu berkata "Aku baik baik saja" Karena dibalik kata itu ada berjuta makna yang tersimpan. 

Minggu, 12 November 2017

Bukan Cinta.

Ku tuliskan ini di jantung malam
Kala denting jam mulai menandakan 2 digit angka
Kala seluruh indraku terpacu bayangan tentangmu
Semua berhasil kau sita

Hatiku menamainya kekeliruan
Orang orang menyebutnya jatuh cinta
Kupikir bukan cinta
Hanya rasa tak mau kehilangan yang membesar
Membuatku berada di titik tak tau diri

Tau kah kau
Aku takut
Aku trauma
Atas tulisan Tuhan yang bernama.....
Kehilangan.

Se-egois ini aku jadinya
Selalu menuntut tanpa tau diri
Tapi...
Aku akan pergi
Jauh.

Sampai kekeliruan ini lurus kembali
Sampai sebutah jatuh cinta dari orang orang hilang
Lenyap ditelan waktu

Ku harap Hermes dapat menuntunku
Menjelajahi waktu
Afrodit dapat menghapus kekeliruan
Serta Zeus yang berada di pihakku

Lantas hanya aku saja yang mengingat
Tentang kau
Tentang aku
Tentang rindu
Dan tak akan ada tentang kita
Semua akan baik baik saja
Aku janji.